Tahun ini adalah tahun politik. Apalagi ada 3 provinsi di pulau jawa dengan jumlah pemilih yg sangat potensial. Berbicara Jawa D.N. Aidit pernah berbicara "Djawa adalah Kuntji". Maka tak heran pilkada ini dipakai oleh elit politik sebagai pemanasan menjelang pemilu tahun depan. Bila partai pengusung pemerintah sekarang banyak yang menang di provinsi-pronvisi pulau jawa. Maka, bisa kepercayaan diri pertahana akan semakin tinggi. Harus diakui tingkat populatitas pertahana masih tinggi.
Tapi, saya tak akan berbicara itu. Saya hanya akan menangkis topik prmbicaraan orang-orang. Orang orang berkata : Politik itu adalah tentang orang baik & orang yang kurang baik (jahat). Karena politik tidak demikian adanya. Politik adalah tentang giliran siapa.
Sebagai contoh saat kemerdekaan Indonesia adalah saatnya kaum Nasionalis yang berkuasa. Di awal beliau sangat dielu-elukan. Namun, sesaat setelah masa revolusi rakyat mulai tidak puas. Sampai muncur tritura (tiga tuntutan rakyat).
Setelah itu giliran kauk militer aktif. Masa ini berlangsung lama. Puncak ketidakpuasan rakyat pada rezim ini adalah saat krisis moneter asia tenggara di akhir dekade 90an. Demontrasi tak pelak hampir setiap hari terjadi di ibukota. Sampai-sampai kaum minoritas, seperti tionghoa harus menjadi korban kebengisan rakyat yg beringas.
Setelah itu adalah era yang disebut reformasi. Pada masa ini kaum agamis menjadi pemimpin. Namun, karena adanya kepentingan politik, beliau diberhentikan. Setelahnya kaum nasionalis kembali berkuasa. Di masa ini beberapa aset negara dijual ke asing. Selanjutnya kaum militer (purnawirawan) berkuasa kembali. Sekitar dua dekade beliau memimpin. Walaupun kekuasaannya lama, namun beberapa kaum khususnya kaum nasionalis banyak yang protes terhadap kebijakannya. Khususnya kebijakan tentang harga bahan bakar minyak. Selain itu di masa ini ada tahun dimana terjadi krisis ekonomi yang disebabkan krisis ekonomi amerika & eropa. Tak sampai setahun krisis ini pun reda. Bahkan, beliau sampai terpilih lagi menjadi pemimpin. Selanjutnya karena ada aturan tidak boleh menjadi pemimpin selama dua peride. Sehingga, kekuasaan selanjutnya kembali ke pangkuan kaum nasionalis. Hampir 4 tahun kaum nasionalis berkuasa dan rakyat harus kembali menjerit. Kali ini bukan karena krisis ekonomi. Tapi, karena kebijakan pembangunan tinggi yang mengharuskan kenaikan pajak. Selain itu, adanya kebijakan pemotongan & penghapusan subsidi. Hingga, memaksa pemerintah daerah membuat kebijakan kenaikan upah minimum regional untuk menyeimbangkan kebijakan pusat. Sehingga, menyebabkan beberapa perusahaan terpaksa merumahkan pegawai karena ketidak mampuan perusahaan menggaji.
Namun, di masa ini juga ada kegiatan jual beli daring (online shopping) meningkat. Tapi hal ini lebih dikarenakan perkembangan teknologi. Pada bidang ini kebijakan pusat lagi-lagi harus bertentangan dengan ekonomi. Yaitu, wacana pemberian pajak bagi pelaku jual-beli daring. Jadi apa sisi positif pada masa ini jelasnya pembangunan yang pesat.
Jadi jelas di negara ini politik itu giliran siapa?
Giliran kaum nasionalis atau kaum militer. Atau malah kaum agamis yang kebanyakan sebagai penyeimbang kedua kaum ini. Selain itu, setiap kaum punya sisi positif & negatif. Sehingga, paham politikmu itu janganlah saklek pada satu kaum saja, tapi lihat siapa diantara lainnya yang kelihatan lebih baik. Karena sejatinya di dunia politik itu yang abadi hanyalah kepentingan.
Untuk tahun depan giliran siapa?
Kita lihat saja tahun depan. Apalagi tahun depan pemilihan legislatif & eksekutif bebarengan.
Ditulis untuk membungkam kaum fanatik pro & kontra rezim tertentu
No comments:
Post a Comment