Feb 4, 2011

Kutipan - kutipan Bung Karno yang Membuat Merinding

“Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.”
“Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat
mengubah dunia.”

Dikutip dari Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams

“Bunga mawar tidak mempropagandakan harum semerbaknya, dengan
sendirinya harum semerbaknya itu tersebar di sekelilingnya.”—Diucapkan ketika menyematkan bintang sakti kepada dua orang perwira, yaitu Mayor Benny Moerdani dari RPKAD dan Mayor Untung bin Sjamsuri dari Banteng Raiders.

“we have only scratched the surface “—Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956

“Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa besarlah, berimagination. Gali! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia”—Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956

“Dan agar yang tidak murni terbakar mati!”—Pidato tertulis PJM Presiden Sukarno pada Konferensi Besar GMNI di Kaliurang Jogjakarta, 17 Februari 1959

“Massa adalah penentu sejarah, “the makers of history!”—Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956

“Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.”—Salah satu judul pidato beliau. Disingkat menjadi JASMERAH.

“Ini dadaku!! Mana dadamu?! Kalau Malaysia mau konfrontasi ekonomi, Kita hadapi dengan konfrontasi ekonomi! Kalau Malaysia mau konfrontasi politik, Kita hadapi dengan konfrontasi politik! Kalau Malaysia mau konfrontasi militer, Kita hadapi dengan konfrontasi militer!!”

“Dan siapakah yang saya namakan kaum Marhaen itu? Yang saya namakan Marhaen adalah setiap rakyat Indonesia yang melarat atau lebih tepat: yang telah dimelaratkan oleh setiap kapitalisme, imprealisme dan kolonialisme.”—Pidato tertulis PJM Presiden Sukarno pada Konferensi Besar GMNI di Kaliurang Jogjakarta, 17 Februari 1959.
“Kaum Marhaen ini terdiri dari tiga unsur: Pertama : Unsur kaum proletar Indonesia (buruh) Kedua : Unsur kaum tani melarat Indonesia, dan Ketiga : kaum melarat Indonesia yang lain-lain”—Pidato tertulis PJM Presiden Sukarno pada Konferensi Besar GMNI di
Kaliurang Jogjakarta, 17 Februari 1959.

“Dan siapakah yang saya maksud dengan kaum Marhaenis? Kaum Marhaenis adalah setiap pejuang dan setiap patriot Bangsa. Yang mengorganisir berjuta-juta kaum Marhaen itu, dan Yang bersama-sama dengan tenaga massa Marhaen itu hendak menumbangkan sistem kapitalisme, imprealisme, kolonialisme, dan yang bersama-sama dengan massa Marhaen itu membanting tulang untuk membangun Negara dan masyarakat, yang kuat, bahagia sentosa, adil dan makmur.”—Pidato tertulis PJM Presiden Sukarno pada Konferensi Besar GMNI di Kaliurang Jogjakarta, 17 Februari 1959.

“Adakah Lenin ketika dia mendirikan negara Soviet Rusia merdeka telah mempunyai Dnepprprostoff, dan yang maha besar di sungai Dneppr? Apa ia telah mempunyai radio station yang menyundul ke angkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api cukup untuk meliputi seluruh negara Rusia? Apakah tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin mendirikan Soviet-Rusia merdeka telah dapat membaca dan menulis? Tidak, Tuan-tuan yang terhormat!“—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

“Indonesia merdeka, political independence, politieke onafhankelijkheid, tidak lain dan tidak bukan ialah satu jembatan!”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

[b]“Manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing, Saudara-saudara, semua siap sedia mati mempertahankan tanah air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap sedia, masak untuk merdeka”[b]—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

“Jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 milyun ini lebih dahulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita mencapai political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita belum dapat Indonesia merdeka! Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita! Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita! Di dalam Saudi Arabia merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu per satu. Di dalam Soviet-Rusia merdeka Stalin memerdekakan hati bangsa Soviet-Rusia satu per satu”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

“Di seberang jembatan, jembatan emas inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

“Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak peduli rakyat hebat ekonominya atau tidak, tidak peduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahannya, udahlah ia merdeka”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

“Apakah kita mau Indonesia merdeka yang kaum kapitalisnya merajalela, ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang pangan kepadanya?”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

[b]”Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya
berkobar-kobar dengan tekad ‘Merdeka, merdeka atau mati’[b]—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

“Saudara-saudara yang bernama kaum kebangsaan yang di sini, maupun Saudara-saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan negara yang demikian itulah kita punya tujuan. kita hendak mendirikan suatu Negara ‘semua buat semua’. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi ‘semua buat semua’.”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

“Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, semua buat semua!”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945


“Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!”—Soekarno, “Pidato di Surabaya, 24 September 1955”


“Saudara-saudara dan rombongan : Buka mata, Buka mata! Buka otak! Buka telinga! Perhatikan, perhatikan keadaan! Perhatikan keadaan dan sedapat mungkin carilah pelajaran dari hal hal ini semuanya, agar supaya saudara saudara dapat mempergunakan itu dalam pekerjaan raksasa kita membangun Negara dan Tanah Air!”—Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956


“Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatra, bukan kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali atau lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesia, yang bersama-sama menjadi dasar satu nationale staat”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945


“Internationalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945


“Jikalau ingin menjadi satu bangsa yang besar, ingin menjadi bangsa yang mempunyai kehendak untuk bekerja, perlu pula mempunyai “imagination!”—Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956


“imagination” , ” imagination” “imagination “!!! Ciptaan besar!!! Kita yang dahulu bisa menciptakan candi-candi besar seperti Borobudur, dan Prambanan, terbuat dari batu yang sampai sekarang belum hancur ; kini kita telah menjadi satu bangsa yang kecil jiwanya, Saudara-saudara!! Satu bangsa yang sedang dicandra-cengkala kan didalam candra-cengkala jatuhnya Majapahit, sirna hilang kertaning bumi!! Kertaning bumi hilang, sudah sirna sama sekali. Menjadi satu bangsa yang kecil, satu bangsa tugu “rong depa”—Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956


“Kalau kita mencari demokrasi hendaknya bukan demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hdup, yakni politik economische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial! Rakyat Indonesia sudah lama bicara tentang hal ini. Apakah yang dimaksud dengan Ratu Adil? Yang dimaksud dengan faham Ratu Adil ialah social rechtvaardigheid. Rakyat ingin sejahtera. Rakyat yang tadinya merasa dirinya kurang makan kurang pakaian, menciptakan dunia baru yang di dalmnya ada keadilan, di bawah
pimpinan Ratu-Adil”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945


“Jikalau pada suatu hari Ki Bagoes Hadikoesoemo misalnya, menjadi Kepala Negara Indonesia, dan mangkat, meninggal dunia, jangan anaknya KiHadikoesoemo dengan sendirinya, dengan otomatis menjadi pengganti Ki Hadikoesoemo. Maka oleh karena itu saya tidak mufakat kepada prinsip monarki itu”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945


“Kekeluargaan adalah suatu faham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota terhormat Soekardjo satu karyo, satu gawe.—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945


“Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama!”—Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945


“Bahwa manusia di dunia ini, Saudara-saudara, “basically” pada dasar dan hakekatnya adalah sama; tidak beda satu sama lain. Dan oleh karena itu manusia inilah yang harus diperhatikan’—Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956

No comments:

Post a Comment